Ramadhan di Suriah: Berdoa untuk Keselamatan Tanah Syam
By Admin
nusakini.com-- Ramadhan tahun 2016 di Damaskus ini dirasa lebih tenang dibandingkan tahun lalu. Walaupun konflik panjang masih mendera Suriah, warga negara Indonesia di Suriah dapat menjalankan kegiatan dan ibadah di bulan Ramadlan tahun ini dengan lancar. Tahun ini puasa di Suriah jatuh pada musim panas. Lama puasa hampir 16 jam, dimulai pukul 4 pagi dan buka pukul 8 malam.
Untuk melengkapi suasana khidmat bulan suci Ramadhan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus mengadakan buka puasa bersama setiap hari Kamis selama bulan Ramadhan. Dari mulai Duta Besar, staf KBRI, pelajar, hingga TKI penghuni shelter berbaur bersama pada Kamis (23/6) untuk buka puasa bersama di Aula KBRI. Setelah itu, dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah, santap malam, disambung dengan ceramah dan sholat tarawih bersama.
"Di Suriah ini, Kamis adalah akhir pekan," jelas Dubes RI Suriah, Djoko Harjanto, "Makanya seluruh WNI diundang untuk bisa bersilaturahim bersama di KBRI setiap hari Kamis ini."
Setiap Kamis pula, para pelajar dan staf bergantian menjadi petugas dapur, imam sholat, dan ceramah. Kehangatan suasana di KBRI setiap Kamis sejenak dapat melupakan Suriah yang tengah dilanda konflik bersenjata berkepanjangan.
"Kebetulan juga sekarang sedang musim ujian akhir semester. Teman-teman pelajar fokus belajar, ujian, dan beribadah," ungkap Mahrus, Ketua Persatuan Pelajar Indonesia Suriah, "Nah, setelah sepekan sibuk belajar dan ujian, di akhir pekan kami buka bersama di KBRI menikmati makanan khas Indonesia yang lezat-lezat."
Sementara itu, para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) penghuni shelter KBRI Damaskus juga tidak ketinggalan memeriahkan Ramadhan. Setiap hari, para buruh migran yang berada di penampungan mengadakan tarawih berjamaah ditambah dengan siraman rohani oleh para staf KBRI.
Ditambahkan oleh Pejabat Konsuler merangkap Penerangan Sosbud KBRI Damaskus, AM. Sidqi, WNI Suriah berjumlah 13 staf KBRI, 24 pelajar, dan sekitar dua ribu TKI yang masih berada di rumah-rumah majikannya di Suriah ini. Sejak konflik Suriah kecamuk pada 2012 hingga saat ini, KBRI Damaskus telah merepatriasi 12.410 WNI dari Suriah kembali ke Indonesia dalam 275 gelombang dan masih terus berlanjut hingga saat ini.
Berbeda dengan masa sebelum krisis dimana masjid-masjid besar mengadakan buka gratis bagi para jamaah, kini hanya Masjid Bouthi yang masih bertahan mengadakan buka bersama gratis setiap tiga kali sepekan. Masjid Bouthi adalah masjid milik keluarga besar Imam Syahid Muhammad Said Ramadhan al-Bouthi yang syahid dibom saat mengisi pengajian pada 2013 silam. Sepeninggalan Imam Syahid, pelayanan masjid dikepalai oleh putra tertua, yaitu Syeikh Taufik Ramadhan al-Bouthi yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Damaskus.
"Ahlan wa sahlan," Syeikh Taufik Ramadhan al-Bouthi ramah menyambut dan mempersilakan para pelajar Indonesia masuk ke masjidnya. Bukan hanya menyambut, bahkan Syeikh Taufik sendiri dibantu para putranya yang melayani para pelajar, menyuguhkan minum, dan menaruh makanan di piring para pelajar.
"Saya kikuk ketika pertama kali dulu buka puasa di Masjid Bouthi. Masak ada kiyai menyuguhkan makan minum kepada para santri dengan tangannya sendiri," kenang Muklas Hamdi Rais, alumnus Institut Tinggi Syam Damaskus yang kini menjadi staf di KBRI.
Berbeda dengan tahun lalu, Ramadhan di Damaskus pada tahun 2016 ini lebih tenang dan damai. Suara ledakan bom, mortar, dan rentetan senjata sudah jauh berkurang. Meski hingga sekarang, check point dan penjagaan tentara bersenjata lengkap masih ketat di seantero kota Damaskus.
"Kami di Suriah ini terus mendoakan agar kedamaian segera mewujud di Tanah Syam ini," ujar Dubes Djoko. "Karena walau bagaimana pun, kami sekarang adalah bagian dari Suriah. Keamanan dan keselamatan ribuan WNI tergantung dari kedamaian di Suriah," pungkas Dubes Djoko seraya menghimbau para pelajar dan seluruh WNI Suriah tidak henti-hentinya berdoa untuk kedamaian Suriah di bulan suci Ramadhan ini. (p/ab)